ICMI ACEH ajukan 10 Kriteria Calon Gebernur Aceh

DETIK ACEH

- Redaksi

Rabu, 24 April 2024 - 17:30 WIB

6068 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh, 24/4/2024 | Ketua Majelis Pengurus Wilayah (MPW) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Aceh, Dr Taqwaddin mengemukakan 5 kriteria versi ajaran Islam dan 4 kriteria versi Adat Budaya Aceh yang layak dipertimbangkan untuk dipilih sebagai Calon Gubernur Aceh. Siaran pers ini disampaikan ke kalangan media massa pada Rabu, 24 April 2024 dari Kantor MPW ICMI Aceh di Kompleks Baperis Banda Aceh.

Kriteria pertama sebagai calon Gubernur Aceh yang disampaikan oleh Ketua MPW ICMI Aceh adalah jujur. Ini harus menjadi kriteria utama. Jujur terhadap masyarakat. Memenuhi janji yang telah diucapkan atau disuratkan secara tertulis dalam berbagai kebijakan. Pemimpin jujur akan selalu melaksanakan apa saja yang diucapkan atau dijanjikan. Kejujuran hal yang penting sekali dalam menjalankan roda pemerintahan. Tanpa kejujuran pemimpin, pemerintahan akan berantakan dan rakyat akan makin jauh dari kesejahteraan.

Untuk mendapatkan Calon Gubernur yang jujur diperlukan penelusuran rekam jejak beliau selama ini dalam kapasitas sebagai apapun. Jangan memilih pemimpin seperti membeli ayam dalam karung tertutup. Tidak jelas ayam itu sehat atau ayam sawan, burek ataupun hitam.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kriteria kedua adalah orang yang amanah atau orang yang dapat dipercaya. Jangan sekali-kali kita memilih pemimpin yang tidak dapat dipercaya, tidak amanah dan curang. Apalagi yang pernah terlibat dalam kasus pidana korupsi.

Hal ini penting kita pertimbangkan karena Gubernur Aceh akan menentukan arah perjalanan pembangunan daerah. Gubernur ini akan menguasai dan mengelola anggaran yang cukup besar untuk kemaslahatan rakyat. Maka, jika pemimpin tidak amanah akibatnya akan menimbulkan kemiskinan rakyat, kualitas pendidikan dan kesehatan yang rendah, UMKM tidak berkembang, dan banyak kemerosotan lainnya karena dana besar yang seharusnya diperuntukkan untuk kemaslahatan rakyat, tapi diselewengkan untuk kepentingan kroni-kroninya. Semua itu bisa terjadi karena tidak amanahnya para pejabat. Tetapi, jika Gubernur yang terpilih orang yang amanah dan dapat dipercaya, maka keserakahan penjabat di bawahnya dapat dicegah dan dihentikan.

Kriteria ketiga Gubernur yang ideal untuk Aceh adalah orang yang cerdas dan berkualitas (fathonah). Yang cerdas ini maksudnya tidak mesti professor doktor. Tetapi jangan pula, SMA nya pun tidak jelas. Minimal sarjana saja cukup.

Mengingat warga masyarakat dan penduduk Aceh yang plural, yang terdiri dari banyak suku, maka diperlukan Gubernur yang cerdas dan berwawasan luas. Kita perlu Gubernur yang tangguh dan berani yang dapat mengayomi bukan hanya suku Aceh, tetapi juga memahami dan mengayomi pula suku Gayo, Alas, Jamee, Taming, Kluet dan lain sebagainya.

Tidak itu saja, kita butuh Gubernur yang cerdas berkualitas serta harmoni dengan pemimpin dan elit-elit nasional dan berani memperjuangkan hak-hak pembangunan untuk kepentingan daerah Aceh. Hal ini penting dalam rangka menjemput APBN untuk mempercepat pembangunan Aceh yang tertinggal dari banyak provinsi lain di Indonesia.

Aceh harus berupaya keras keluar dari daerah termiskin, terstunting, pengangguran terbanyak, pertumbuhan ekonomi yang rendah, pertumbuhan investasi yang tidak signifikan, UMKM yang kurang tumbuh berkembang, dan lain-lain. Banyak hal yang harus dilakukan secara cepat, tetap, taktis, dan strategis oleh Gubernur Aceh. Karenanya, diperlukan seorang gubernur yang cerdas berkualitas dan luar biasa.

Kriteria keempat calon Gubernur Aceh adalah orang yang bisa menyampaikan ide gagasan dan buah pikirannya secara sederhana dan sistematis. Dalam versi Islam hal ini dikenal dengan tabligh. Kita merindukan sosok Ibrahim Hasan yang cerdas berkualitas dan dapat menyampaikan gagasannya secara sederhana dengan bahasa yang mudah dipahami rakyat. Tidak itu saja, Almarhum Pak Ibrahim Hasan juga memiliki jaringan yang luas dengan elit nasional. Sehingga kemajuan pembangunan begitu terasa saat beliau memimpin Aceh.

Kreteria kelima yang diperlukan untuk menjadi Gubernur Aceh adalah sifat tawadhu, tidak sombong dan rendah hati. Tidak arogan dan tidak mentang-mentang. Budi bahasanya lembut dan perangainya menyejukkan. Kita perlukan Gubernur yang mendengarkan aspirasi rakyat. Kita butuh gubernur yang peduli dan memberi solusi cepat terhadap kesulitan rakyat. Kita merindukan gubernur yang gaul dan komunikasinya bagus dengan semua kalangan.

Selain lima kriteria ideal Calon Gubenur Aceh berdasarkan ajaran Islam, saya juga ingin menambahkan 4 (empat) kriteria pemimpin berdasarkan adat budaya Aceh, yaitu yang tuha, tuho, teupeu, dan teupat.

Tuha dimaksudkan adalah dewasa usia dan cara berpikirnya. Hal ini penting karena kematangan usia atau kedewasaan diperlukan untuk mampu melahirkan kebijakan publik yang arif bijaksana dan bermanfaat bagi khalayak ramai, bukan kebijakan yang hanya menguntungkan kroninya saja.

Selain tuha, dalam budaya Aceh diperlukan pula pemimpin yang tuho. Maksudnya yang tahu apa dan dimana akar permasalahan yang terjadi dalam masyarakatnya. Sehingga, jika Aceh dipimpim oleh orang luar maka dia hana di tuho saho, dia tidak tahu esensi problema yang sedang terjadi dalam masyarakat Aceh. Akibatnya terapi dan solusi yang kebijakan yang ditempuh menjadi tidak nyambung dan bahkan kontra produktif dalam menyelesaikan permasalahan.

Hal lain yang diperlukan untuk menjadi pemimpin di Aceh adalah teupeu. Ini maksudnya pemimpin harus mengetahui segala hal yang terjadi dalam masyarakat dan pemerintahannya. Kan aneh misalnya, pupuk sudah langka, petani sudah kewalahan karena sedang musim tanam, tapi Gubernur tidak tahu masalah ini. Begitu juga, misalnya, gubernur tidak tahu bahwa harga-harga kebutuhan dapur sudah meroket. Harga bawang dan cabe sudah meninggi sehingga mamak-mamak kewalahan. Tetapi gubernur malah gubernur tidak tahu. Tidak boleh seperti ini. Makanya salah satu kriteria untuk menjadi pemimpin di Aceh harus teupeu dan peduli. Gubernur Aceh harus memiliki banyak mata untuk melihat dan banyak telinga untuk mendengarkan keluhan rakyat.

Kriteria lainnya adalah teupat. Ini sama artinya dengan jujur, amanah, dan dapat dipercaya. Orang yang teupat akan selalu berkata benar, tidak bohong dan tak akan ingkar janji. Kita akui tidak mudah mencari orang teupat saat ini. Namun demikian, kita harus berupaya keras menemukan dan memilihnya.

Apabila kesembilan kriteria di atas terpenuhi, baru ditambah dengan kriteria kesepuluh, yaitu kriteria politik praktis. Kriteria politik praktis ini meliputi antara lain adanya dukungan partai politik yang memenuhi syarat parlemen threshold atau syarat lainnya. Calon gubernur yang diusung memiliki popularitas yaitu dikenal luas oleh konstituen serta adanya potensi elektabilitas yang memadai, yaitu akan dipilih oleh warga masyarakat yang berhak memilih.

Perlu saya sampaikan bahwa tingginya popularitas tidak serta merta menujukkan tingginya elektabilitas. Pernah ada seorang rektor yang populer dari universitas terbesar di daerah kita, namun saat maju sebagai calon gubernur elektabilitasnya rendah sekali.

Untuk bisa mencapai elektabilitas yang tinggi tentu diperlukan mesin politik yang running well atau berjalan lancar yang disertai dengan dukungan personalia dan anggaran yang memadai. Harus diakui bahwa cost politik akhir-akhir ini memang sangat tinggi, sehingga diperlukan kolaborasi berbagai partai untuk menalanginya.

Demikian catatan saya untuk menjawab pertanyaan beberapa media tentang Calon Gebernur ideal versi ICMI Aceh yang layak diusung oleh berbagai partai politik. Mengakhiri catatan ini, perlu pula saya sampaikan bahwa “Sebagai organisasi besar yang menghimpun ratusan cendekiawan, saya yakin figur-figur yang memenuhi kriteria di atas ada di dalam tubuh ICMI. Silakan saja partai-partai politik melirik dan meminangnya”. Pungkas Taqwaddin, Ketua ICMI Aceh yang telah lama berkiprah dalam dunia keorganisasian. (DL)

Berita Terkait

Kapolda Aceh Sambut Kedatangan Presiden Jokowi
Gelar Yudisium Semester Genap TA 2023/2024, FAI USM Kembali Lahirkan Sarjana Baru
Pangdam Iskandar Muda Pimpin Apel Gelar Pasukan di Lanud SIM dalam rangka Pengamanan Kunjungan Presiden RI ke Prov. Aceh.
Pangdam IM Melaksanakan Kunjungan Kerja ke Kompi Kavaleri 11/Walet Setia Cakti.
Dekan FKIP USM Jadi Pembina Upacara Hardikda Ke-65 di SDN 14 Kota Banda Aceh
Paslon JOZ Terlihat Cukup Bugar Dan Segar Saat Melaksanakan Tes Kesehatan Di RSUDZA.
Polda Aceh Gelar Apel Pasukan Operasi Po Meurah Seulawah 2024 untuk Amankan PON Aceh-Sumut
Pangdam Iskandar Muda Hadiri Pelepasan Kontingen Atlet Aceh Menuju PON XXI Aceh-Sumut 2024.

Berita Terkait

Sabtu, 14 September 2024 - 04:00 WIB

Pentingnya Cyber Security dalam Era Digital

Sabtu, 14 September 2024 - 02:19 WIB

VRITIMES Mengumumkan Kemitraan Media dengan Sababogor.com, Ravanews.online, Kompassidik.online, dan Hotnews.web.id

Sabtu, 14 September 2024 - 02:00 WIB

KUPP Kelas III Ogoamas Gandeng Port Academy Selenggarakan Diklat Tenaga Kerja Bongkar Muat Bersertifikasi BNSP

Sabtu, 14 September 2024 - 01:00 WIB

Pembalut Panjang, Solusi Anti Bocor

Jumat, 13 September 2024 - 10:18 WIB

Pembalut Kain Cuci Ulang Aman untuk Kesehatan?

Jumat, 13 September 2024 - 10:15 WIB

Ikuti Beta Test Luna Heroes Sekarang! Pertempuran Tanpa Batas Dimulai!

Jumat, 13 September 2024 - 07:33 WIB

Belajar dari Madura Mart: Rahasia Grosir Lokal Kalahkan Minimarket Raksasa

Jumat, 13 September 2024 - 06:03 WIB

Bittime Jamin Keamanan Data dan Aset Pengguna, Terapkan Tri-Shield

Berita Terbaru

HUKUM & KRIMINAL

IMMAN PSP : Secara Moral EEL Tidak Layak Pimpin DPRD MADINA

Sabtu, 14 Sep 2024 - 08:02 WIB

NAGAN RAYA

HUT Pelopor Ke -65 Satuan Brimob Aceh Batalyon C Gelar Syukuran.

Sabtu, 14 Sep 2024 - 05:19 WIB

Bisnis

Pentingnya Cyber Security dalam Era Digital

Sabtu, 14 Sep 2024 - 04:00 WIB